Berkisahlah sungai itu tentang sebuah prosa yang di tulis lewat ribuan jejak jejak basah, mengalirku lewati belantara buta disana aku temui berbagai kepolosan menarikan kepentingan, mengalirku lewati sebuah pedesaan disana aku saksikan jelata berbagi dalam kepentingan, mengalirku kemudian lewati sebuah perkotaan disana kulihat korban berbagai kepentingan.
Lalu aku terdiam menggenang membaur berubah dan menghitam, diam dalam persemayaman berbagai sisa kepentingan, tak kukenali lagi diriku dalam kelamnya dalam pekatnya, tersembunyi di dalam rongga rongga benda benda tua.
Dalam kelambatan alirannya kuterpekur termenung dan berdo’a, asaku hanya kusandarkan pada muara di ujung sana yang kan menetralisir kekejaman di sekujur tubuhku.
Inilah lautku laut biruku disini tak ada sesal mengambang, yang
ada hanya biru dan biru walaupun itu hanya tipuan, tapi disinilah
kebebasan dari Kegelapan.