•»—l Mengalirku Bagai Air l—«•

Berkisahlah sungai itu tentang sebuah prosa yang di tulis lewat ribuan jejak jejak basah, mengalirku lewati belantara buta disana aku temui berbagai kepolosan menarikan kepentingan, mengalirku lewati sebuah pedesaan disana aku saksikan jelata berbagi dalam kepentingan, mengalirku kemudian lewati sebuah perkotaan disana kulihat korban berbagai kepentingan.

Lalu aku terdiam menggenang membaur berubah dan menghitam, diam dalam persemayaman berbagai sisa kepentingan, tak kukenali lagi diriku dalam kelamnya dalam pekatnya, tersembunyi di dalam rongga rongga benda benda tua.

Dalam kelambatan alirannya kuterpekur termenung dan berdo’a, asaku hanya kusandarkan pada muara di ujung sana yang kan menetralisir kekejaman di sekujur tubuhku.
 
Inilah lautku laut biruku disini tak ada sesal mengambang, yang ada hanya biru dan biru walaupun itu hanya tipuan, tapi disinilah kebebasan dari Kegelapan.

•»—l HILANG l—«•

malam-malamku tak ada lagi do’a..,
hanya ada ritual tanpa makna...
semua karena aku begitu percaya...
garis kehidupanku akan tertoreh dengan sendirinya...

nanar tatapku pada mega-mega...
padanya aku banyak berkata...
bahwa aku masih lagi percaya...
jalan takdirku pastilah penuh dengan warna...

sujud-sujudku yang tak lagi lama...
baktiku yang tak lagi menghamba...
membawaku terpuruk begitu purna...
pada asa kosong tanpa nama...

namun begitu banyak percaya membuatku lena...
karena tanpa gerak sedikitpun jua...
maka henti pulalah aku disana...

dalam diam yang buta lagi lama...
dan terlontarlah kata-kata lara...
bertaburan bak kerlip bintang di langit rasa...
mengatas namakanku sebagai manusia...
manusia yang teramat biasa saja

•»—l Bunga Rumput yang Gersang l—«•

Saat kusendiri ingatanku mengajakku untuk menikmati kembali diorama kehidupan yang telah kulalui selama ini...alur cerita yang teramat pilu dan haru ternyata tak berarti apa-apa dengan cerita - cerita yang lainnya...saat hidup terasa membebaniku maka apa yang tampak dihadapanku adalah sesuatu yg tak pernah teraba indahnya...hanya hitam hanya buram serta kelam karena kutahu pasti banyak yang lebih menderita dari aku tapi aku tak tahu apa mereka juga merasakan hal yang sama dengan rasaku dalam menghadapi hidupku.
Banyak hal yang belum kulakukan dan banyak waktu yang telah kubiarkan terbang menghilang dalam sebuah kediaman bahkan aku menyaksikan dengan tenang setiap penggalan waktu itu menghilang pelan-pelan tak sedih tak bimbang hanya diam. 
Kutahu IA dia seharusnya menjadi tempatku bercerita..berdo’a dan meminta tapi aku bingung hendak kumulai dari mana ceritaku dengan Nya karena IA pasti telah mengetahuinya,akupun bingung denga do’a…. do’a apalagi yang hendak kupanjatkan karena telah terlalu banyak do’a yang telah kupanjatkan namun karena aku merasa garis takdirku telah ditetapkan oleh_Nya maka sepertinya do’a itu hanya sebagai penenang hatiku saja..dan untuk meminta akupun telah terlalu banyak meminta padaNya .. meminta segala yang bisa kupinta dalam  rangkaian indah kalimat pinta dan  memupuknya denga sebongkah besar rasa percaya bahwa dengan meminta maka aku akan selalu merasa hamba.. 
Bila waktu memiliki tombol pause maka ingin sekali aku menekannya hingga dapat kuhentikan waktu tanpa merugikan siapapun maka aku hanya ingin waktu berhenti sejenak untukku dan membiarkanku rehat dari kejarannya yang semakin cepat dan bertambah cepat sehingga aku pun dapat beristirahat dari do’a dan pinta hanya ingin diam saja menikmati angin sore yang perlahan menerpa

•»—l Kehampaanku l—«•


Hanya bisa duduk termenung melihat langit malam tak berbintang. Tetesan sisa air hujan meramaikan kehampaan malam yg dingin ini. Hawa sejuk yang dingin seakan membawa lamunan ku jauh tp tak tentu arah. Sejenak terlena dgn hampa yg kian merajuk.
Hidup ini trus berjalan...!!!

 Siap dgn sgala macam suka duka yg menemani, Semua tlah tersusun begitu rapi untuk di lewati satu demi satu. Di sinilah di tantangan hidup yg mengharuskan kita berlakon sebaik mungkin agar nanti tidak salah dalam melewati susunan tuntutan kehidupan. 

Tangis bahagia slalu siap menghampiri kapan saja. Memikirkan diri sendiri pun seakan tidak bisa lagi hingga yg ada hanya kepasrahan mengikuti perjalan hidup. Kini Cinta pun seakan tiada punya arti lagi,  

Ku hanya bisa melihat semua berlalu, ingin teriak memanggil kembali pun tak berdaya lagi
Menyesal pun seakan tidak berarti. mungkin inilah kehidupan yang hanya bisa mengikuti rantaian kehidupan yg sudah di atur. Hingga nanti keindahan akan menyambut dengan kesempurnaan yg di janjikan

•»—l Story l—«•

Story

ku terduduk di sini. Di persimpangan
jalan menjadi saksi kamu pergi. Sejak kamu
pergi, dingin menyerang lagi. Namun kali
ini bertemankan sepi.
 

Aku menyaksikan punggungmu perlahan
menjauh. Meninggalkan aku dengan hati
berjuta gaduh. Entah akankah kamu
kembali berlabuh. Tepat di mana hatimu
pernah terjatuh.

Aku tak bisa menjadi cahaya. Dalam setiap
langkahmu yang penuh lara. Hingga kamu
akhirnya memilih dia. Tinggal aku berpeluh
luka.

Aku hanya berangan. Menjadikanmu sejuta
kenangan. Dalam hati yang penuh harapan.
Lupakan aku? Jangan.
Kamu tak perlu meragu. Jika kelak kamu
lupa aku. Aku masih di sini terbujur kaku.
Obati luka satu persatu